Pernahkan
anda berpose atau mungkin melihat orang lain berpose di depan sebuah
kamera? Jawabannya tentu saja iya! Lantas hal apakah yang terlintas di
memori visual anda saat melihat gaya seseorang sedang berpose? Atau
bahkan mungkin hal apakah yang ada dalam balutan benak anda saat anda
sendiri yang berpose di depan sebuah kamera? Mungkin dari sekian banyak
jawaban yang anda berikan mungkin ada sebuah jawaban, yakni V-style. Lho, apa sih V-style
itu memangnya? Itu lho, gaya narsis dengan 2 buah jari (telunjuk dan
jari tengah yang berkolaborasi membentuk sebuah huruf V). Jika ruang
imajinasi anda masih buram atau redup 5 watt dalam membayangkan seperti apa sih berfoto dengan tema V-style itu, coba fokuskan saja indra penglihatan anda pada foto di bawah ini:
Entah siapa yang memulai dan entah dari mana pula tren ini berasal.
Peneliti sejarah sampai saat ini pun belum bisa mengungkap dan
memastikan pada periode apa gejala ini dimulai. Yang jelas pada saat ini
V-style sudah begitu mewabah, baik itu dikalangan selebritis
dunia, selebritis lokal, ataupun hanya sekedar selebritis kampung yang
baru mulai naik daun di level Kelurahan/Desa.
Wabah V-style ini sepertinya begitu mudah menjangkit dan menyebabkan penderita akut dalam hal narsisme
(sebuah gejala sosial yang timbul untuk menunjukkan sebuah eksistensi
nyata). Tidak peduli itu di dunia hiburan hingga sampai di lingkungan
kerja. Berkembangnya
wabah ini memberikan dampak yang begitu luas. Kali ini tidak saja hanya
dikalangan para selebriti kelas berat hingga selebriti kelas bulu
(ibarat kelas dalam olahraga tinju), hebohnya V-style sudah merambah ke dalam lingkungan sekolah.
Bercerita tentang sekolah, tentu ada cerita tentang guru. Memang benar
bila ada yang mengibaratkan sebuah kata pepatah, guru adalah seorang
yang digugu dan ditiru. Jika guru (maaf_pipis berdiri), maka mungkin muridnya akan mencoba hal yang lebih (maaf_pipis berlari), atau bahkan bila kebablasan bisa saja si murid (maaf_pipis di celana).
Sungguh hal ini bila dikaji dari sebelah sisi bisa menjadi sebuah
problematika bagi sebagian orang yang suka akan adanya masalah, namun sebagian yang lain mungkin tetap enjoy and rilex saja karena memang wabah ini bukanlah sebuah hal yang mesti dipermasalahkan menurutnya.
Ya,
sebuah wabah, terlepas itu menjangkit atau tidak, sebenarnya belum
tentu menjadi sebuah masalah. Tergantung kapan dan dari posisi mana
sebuah masalah itu dipandang (tidak mungkin bisa melihat matahari terbit
sementara mata masih merem sambil ngiler di atas kasur).
Sebuah
wabah adakalanya juga tidak selalu membawa sebuah masalah, bisa saja
wabah itu memberikan sebuah stimulus yang merangsang energi positif diri
anda untuk keep spirit dalam melakoni aktivitas dan rutinitas kehidupan sehari-hari.
Akhir kesimpulan yang bisa
dikikis dari tulisan jelek ini mungkin adalah sebuah pemahaman, V-style
mungkin bukanlah sebuah hal yang menarik bagi sebagian orang. Namun
akan selalu ada pula sebagian orang yang pro terhadap fenomena ini.
Tidak ada hal yang jelek selagi itu bisa kita manfaatkan untuk
menciptakan hal-hal yang positif. Jadi, buat yang anti dengan narsis ala
V-style, cobalah berpikir positif dan temukan gayamu sendiri. Dan bagi para penggemar V-style, silahkan lanjutkan aksi narsismu. Keep move on, Keep on your spirit!!! Let the world seeing on you. Wassalam. (Zuhdi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar