Dewasa ini hampir di setiap Sekolah
telah giat melaksanakan gerakan Go Green School, atau dalam bahasa Ibu kita
adalah Gerakan Penghijauan Sekolah. Go Green adalah tindakan penyelamatan bumi
yang saat ini sudah mengalami kerusakan dan pemanasan global akibat dari ulah
diri kita sendiri. Go Green secara harfiah dapat ditafsirkan sebagai sebuah
kegiatan penyelamatan terdapa keberlangsungan dan kelestarian lingkungan hidup
dengan melakukan kegiatan penanaman kembali berbagai jenis tanaman dengan
berbagai fungsi dan manfaat. Tapi tahukah anda sekalian, bahwasanya dengan kita
melaksanakan kegiatan penghijauan dengan menanam pohon ataupun tanaman bunga
sekalipun, kita tidak saja menanam sesuatu yang bermanfaat untuk dunia, namun
juga bisa bermanfaat untuk akhirat.
Sebagian orang menyangka bahwa program
penghijauan (Go Green) bukanlah suatu amalan yang mendapatkan pahala di sisi
Allah, sehingga ada di antara mereka yang bermalas-malasan dalam mendukung
program tersebut. Demi menepis persangkaan yang salah ini, kali ini
kami akan mengulas pentingnya Penghijauan menurut tuntunan Nabi -Shallallahu
alaihi wa sallam- beserta dalil-dalilnya.
Para pembaca yang budiman, mungkin anda masih
mengingat sebuah hadits yang masyhur dari Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-,
beliau bersabda,
إِذَا مَاتَ اْلإِنْسَانُ انْقَطَعَ
عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ
عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seorang manusia meninggal dunia, maka
terputuslah seluruh amalannya, kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah (yang
mengalir pahalanya), ilmu yang dimanfaatkan, dan anak shaleh yang mendo’akan
kebaikan baginya.” [HR. Muslim dalam Kitab Al-Washiyyah (4199)]
Perhatikan, satu di antara perkara yang tak akan
terputus amalannya bagi seorang manusia, walaupun ia telah meninggal dunia
adalah Amal Jariyah, yaitu amal yang terus mengalir pahalanya bagi seseorang. Para ahli ilmu menyatakan bahwa sedekah jariyah
memiliki banyak macam dan jalannya, seperti membuat sumur umum, membangun
masjid, membuat jalan atau jembatan, menanam tumbuhan baik berupa pohon,
biji-bijian atau tanaman pangan, dan lainnya. Jadi, menghijaukan lingkungan dengan tanaman yang
kita tanam merupakan sedekah dan amal jariyah bagi kita –walau telah meninggal-
selama tanaman itu tumbuh atau berketurunan.
Seorang muslim yang menanam tanaman tak akan
pernah rugi di sisi Allah -Azza wa Jalla-, sebab tanaman tersebut akan
dirasakan manfaatnya oleh manusia dan hewan, bahkan bumi yang kita tempati.
Tanaman yang pernah kita tanam lalu diambil oleh siapa saja, baik dengan jalan
yang halal, maupun jalan haram, maka kita sebagai penanam tetap mendapatkan
pahala, sebab tanaman yang diambil tersebut berubah menjadi sedekah bagi kita. Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-
bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا
إِلَّا كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ
صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ مِنْهُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا
أَكَلَتْ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَلَا يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلَّا
كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ
“Tak ada seorang muslim yang menanam pohon,
kecuali sesuatu yang dimakan dari tanaman itu akan menjadi sedekah baginya, dan
yang dicuri akan menjadi sedekah. Apa saja yang dimakan oleh binatang buas
darinya, maka sesuatu (yang dimakan) itu akan menjadi sedekah baginya. Apapun
yang dimakan oleh burung darinya, maka hal itu akan menjadi sedekah baginya.
Tak ada seorangpun yang mengurangi, kecuali itu akan menjadi sedekah baginya.”
[HR. Muslim dalam Al-Musaqoh (3945)]
Al-Imam Abu Zakariyya Yahya Ibn Syarof An-Nawawiy
-rahimahullah- berkata menjelaskan faedah-faedah dari hadits yang mulia ini,
“Di dalam hadits-hadits ini terdapat keutamaan menanam pohon dan tanaman, bahwa
pahala pelakunya akan terus berjalan (mengalir) selama pohon dan tanaman itu
ada, serta sesuatu (bibit) yang lahir darinya sampai hari kiamat masih ada.
Para ulama silang pendapat tentang pekerjaan yang paling baik dan paling
afdhol. Ada yang berpendapat bahwa yang terbaik adalah perniagaan. Ada yang
menyatakan bahwa yang terbaik adalah kerajinan tangan. Ada juga yang menyatakan
bahwa yang terbaik adalah bercocok tanam. Inilah pendapat yang benar. Aku telah
memaparkan penjelasannya di akhir bab Al-Ath’imah dari kitab Syarh
Al-Muhadzdzab. Di dalam hadits-hadits ini terdapat keterangan bahwa pahala dan
ganjaran di akhirat hanyalah khusus bagi kaum muslimin, dan bahwa seorang
manusia akan diberi pahala atas sesuatu yang dicuri dari hartanya, atau dirusak
oleh hewan, atau burung atau sejenisnya.” [Lihat Al-Minhaj (10/457) oleh
An-Nawawiy, cet. Dar Al-Ma’rifah, 1420 H]
Pahala sedekah yang dijanjikan oleh Nabi
-Shallallahu alaihi wa sallam- dalam hadits-hadits ini akan diraih oleh orang
yang menanam, walapun ia tidak meniatkan tanamannya yang diambil atau dirusak
orang dan hewan sebagai sedekah.
Al-Hafizh Abdur Rahman Ibnu Rajab Al-Baghdadiy
-rahimahullah- berkata, “Lahiriah hadits-hadits ini seluruhnya menunjukkan
bahwa perkara-perkara ini merupakan sedekah yang akan diberi ganjaran pahala
bagi orang yang menanamnya, tanpa perlu maksud dan niat.” [Lihat Iqozh Al-Himam
Al-Muntaqo min Jami’ Al-Ulum wa Al-Hikam (hal. 360) oleh Salim Al-Hilaliy, cet.
Dar Ibn Al-Jauziy, 1419 H]
Penghijauan alias Reboisasi merupakan amalan
sholeh yang mengandung banyak manfaat bagi manusia di dunia dan untuk membantu
kemaslahatan akhirat manusia. Tanaman dan pohon yang ditanam oleh seorang
muslim memiliki banyak manfaat, seperti pohon itu bisa menjadi naungan bagi
manusia dan hewan yang lewat, buah dan daunnya terkadang bisa dimakan,
batangnya bisa dibuat menjadi berbagai macam peralatan, akarnya bisa mencegah
terjadinya erosi dan banjir, daunnya bisa menyejukkan pandangan bagi orang
melihatnya, dan pohon juga bisa menjadi pelindung dari gangguan tiupan angin,
membantu sanitasi lingkungan dalam mengurangi polusi udara, dan masih banyak
lagi manfaat tanaman dan pohon yang tidak sempat kita sebutkan di lembaran
sempit ini.
Jika demikian banyak manfaat dari Reboisasi alias
penghijuan, maka tak heran jika agama kita memerintahkan umatnya untuk
memanfaatkan tanah dan menanaminya sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi
-Shallallahu ‘alaihi wa sallam- dalam hadits-hadits lainnya, seperti beliau
pernah bersabda,
إِنْ قَامَتْ السَّاعَةُ وَبِيَدِ
أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ فَإِنْ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا يَقُومَ حَتَّى
يَغْرِسَهَا فَلْيَفْعَلْ
“Jika hari kiamat telah tegak, sedang di tangan
seorang di antara kalian terdapat bibit pohon korma; jika ia mampu untuk tidak
berdiri sampai ia menanamnya, maka lakukanlah.” [HR. Ahmad dalam Al-Musnad
(3/183, 184, dan 191), Ath-Thoyalisiy dalam Al-Musnad (2068), dan Al-Bukhoriy
dalam Al-Adab Al-Mufrod (479). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy
dalam Ash-Shohihah (no. 9)]
Ahli Hadits Abad ini, Syaikh Muhammad Nashiruddin
Al-Albaniy -rahimahullah- berkata saat memetik faedah dari hadits-hadits di
atas, “Tak ada sesuatu (yakni, dalil) yang paling kuat menunjukkan anjuran
bercocok tanam sebagaimana dalam hadits-hadits yang mulia ini, terlebih lagi
hadits yang terakhir di antaranya, karena di dalamnya terdapat targhib
(dorongan) besar untuk menggunakan kesempatan terakhir dari kehidupan seseorang
dalam rangka menanam sesuatu yang dimanfaatkan oleh manusia setelah ia (si
penanam) meninggal dunia. Maka pahalanya terus mengalir, dan dituliskan sebagai
pahala baginya sampai hari kiamat.” [Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah
(1/1/38)]
Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- tidak mungkin
memerintahkan suatu perkara kepada umatnya dalam kondisi yang genting dan
sempit seperti itu, kecuali karena perkara itu amat penting, dan besar
manfaatnya bagi seorang manusia. Semua ini menunjukkan tentang keutamaan “Go
Green” alias program penghijauan yang digalakkan oleh pemerintah kita.Saking besarnya manfaat dari penghijauan
lingkungan alias Reboisasi, tanah yang dahulu kering kerontang bisa berubah
menjadi tanah subur. Sungai yang dahulu gersang, dengan reboisasi bisa berubah
menjadi berair. Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah
bersabda dalam sebuah yang shohih,
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَعُودَ أَرْضُ الْعَرَبِ
مُرُوجًا وَأَنْهَارًا
“Tak akan tegak hari kiamat sampai tanah Arab
menjadi tanah subur dan sungai-sungai.” [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/370 &
417), dan Muslim dalam Kitab Ash-Shodaqoh (2336)]
Ketika para sahabat mendengarkan hadits-hadits
ini, maka mereka berlomba-lomba dan saling mendorong untuk melakukan program
penghijauan ini, karena ingin mendapatkan keutamaan dari Allah -Azza wa Jalla-
di dunia dan di akhirat berupa ganjaran pahala.
Berdasarkan sedikit ulasan dan cerita di atas, maka selaku Orang tua, Guru, Tokoh Masyarakat, Pemimpin, para Mahasiswa dan Siswa sekalian, dan seluruh yang membaca tulisan ini, marilah kita juga berlomba-lomba mulai sejak saat ini juga untuk melakukan kegiatan penghijauan dimanapun kita berada. Ingatlah, saat kita menanam sebatang pohon, maka kita tidak saja kita menanam untuk dunia, tapi juga untuk akhirat kita kelak. Amin, Allahumma Amin. Salam.
(Zuhdi)
Sumber : Buletin Jum’at At-Tauhid edisi 121 Tahun
II.