“Terciptanya Sekolah peduli dan berbudaya lingkungan, berbudi pekerti luhur, unggul dalam prestasi berlandaskan Imtaq dan Iptek“

Selasa, 04 Februari 2014

Narsisme dan Wabah V-Style


Jambi, 05 Februari 2014


Pernahkan anda berpose atau mungkin melihat orang lain berpose di depan sebuah kamera? Jawabannya tentu saja iya! Lantas hal apakah yang terlintas di memori visual anda saat melihat gaya seseorang sedang berpose? Atau bahkan mungkin hal apakah yang ada dalam balutan benak anda saat anda sendiri yang berpose di depan sebuah kamera? Mungkin dari sekian banyak jawaban yang anda berikan mungkin ada sebuah jawaban, yakni V-style. Lho, apa sih V-style itu memangnya? Itu lho, gaya narsis dengan 2 buah jari (telunjuk dan jari tengah yang berkolaborasi membentuk sebuah huruf V). Jika ruang imajinasi anda masih buram atau redup 5 watt dalam membayangkan seperti apa sih berfoto dengan tema V-style itu, coba fokuskan saja indra penglihatan anda pada foto di bawah ini:




Entah siapa yang memulai dan entah dari mana pula tren ini berasal. Peneliti sejarah sampai saat ini pun belum bisa mengungkap dan memastikan pada periode apa gejala ini dimulai. Yang jelas pada saat ini V-style sudah begitu mewabah, baik itu dikalangan selebritis dunia, selebritis lokal, ataupun hanya sekedar selebritis kampung yang baru mulai naik daun di level Kelurahan/Desa.



Wabah V-style ini sepertinya begitu mudah menjangkit dan menyebabkan penderita akut dalam hal narsisme (sebuah gejala sosial yang timbul untuk menunjukkan sebuah eksistensi nyata). Tidak peduli itu di dunia hiburan hingga sampai di lingkungan kerja. Berkembangnya wabah ini memberikan dampak yang begitu luas. Kali ini tidak saja hanya dikalangan para selebriti kelas berat hingga selebriti kelas bulu (ibarat kelas dalam olahraga tinju), hebohnya V-style sudah merambah ke dalam lingkungan sekolah.




Bercerita tentang sekolah, tentu ada cerita tentang guru. Memang benar bila ada yang mengibaratkan sebuah kata pepatah, guru adalah seorang yang digugu dan ditiru. Jika guru (maaf_pipis berdiri), maka mungkin muridnya akan mencoba hal yang lebih (maaf_pipis berlari), atau bahkan bila kebablasan bisa saja si murid (maaf_pipis di celana). Sungguh hal ini bila dikaji dari sebelah sisi bisa menjadi sebuah problematika bagi sebagian orang yang suka akan adanya masalah, namun sebagian yang lain mungkin tetap enjoy and rilex saja karena memang wabah ini bukanlah sebuah hal yang mesti dipermasalahkan menurutnya.




Ya, sebuah wabah, terlepas itu menjangkit atau tidak, sebenarnya belum tentu menjadi sebuah masalah. Tergantung kapan dan dari posisi mana sebuah masalah itu dipandang (tidak mungkin bisa melihat matahari terbit sementara mata masih merem sambil ngiler di atas kasur). 


Sebuah wabah adakalanya juga tidak selalu membawa sebuah masalah, bisa saja wabah itu memberikan sebuah stimulus yang merangsang energi positif diri anda untuk keep spirit dalam melakoni aktivitas dan rutinitas kehidupan sehari-hari.



Akhir kesimpulan yang bisa dikikis dari tulisan jelek ini mungkin adalah sebuah pemahaman, V-style mungkin bukanlah sebuah hal yang menarik bagi sebagian orang. Namun akan selalu ada pula sebagian orang yang pro terhadap fenomena ini. Tidak ada hal yang jelek selagi itu bisa kita manfaatkan untuk menciptakan hal-hal yang positif. Jadi, buat yang anti dengan narsis ala V-style, cobalah berpikir positif dan temukan gayamu sendiri. Dan bagi para penggemar V-style, silahkan lanjutkan aksi narsismu. Keep move on, Keep on your spirit!!! Let the world seeing on you. Wassalam. (Zuhdi)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar